Perbandingan Framework : CMMI dengan TOGAF

ITSM (Information Technology Service Management), Manajemen Layanan Teknologi Informasi) adalah
suatu metode pengelolaan sistem teknologi informasi (TI) yang secara filosofis terpusat pada perspektif
konsumen layanan TI terhadap bisnis perusahaan. ITSM merupakan kebalikan dari
pendekatan manajemen TI dan interaksi bisnis yang terpusat pada teknologi. Istilah ITSM
tidak berasal dari suatu organisasi, pengarang, atau pemasok tertentu dan awal
penggunaan frasa inipun tidak jelas kapan dimulainya.
Sedangkan Framework adalah sebuah
software untuk memudahkan para programer untuk membuat sebuah aplikasi web yang
di dalam nya ada berbagai fungsi diantaranya plugin, dan konsep untuk membentuk
suatu sistem tertentu agar tersusun dan tersetruktur dengan rapih.
I.
Capability Maturity Model
Integration
(CMMI)

A.
Pengertian
CMMI (Capability
Maturity Model Integration)
Capability
Maturity Model Integration (CMMI) merupakan suatu model
pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi
perangkat lunak. CMMI pada awalnya dikenal sebagai Capability Maturity Model
(CMM) yang dikembangkan oleh Software Enginnering Institute di Pittsburgh pada
tahun 1987. Namun perkembangan selanjutnya CMM menjadi CMMI. CMMI mendukung
proses penilaian secara bertingkat. Penilaiannya tersebut berdasarkan kuisioner
dan dikembangkan secara khusus untuk perangkat lunak yang juga mendukung
peningkatan proses.
CMMI
memiliki 4 aturan yang dapat disesuaikan menurut organisasisoftw are, yakni:
System Engineering(SE), Software Engineering(SW), Integrated Product and
Process Development (IPPD), dan Supplier Sourcing (SS).
CMMI
terdiri dari rangkaian practices. Dalam rangkaian practices ini ada rambu-rambu
atau rekomendasi yang dapat diikuti. Practices dalam CMMI dibagi menjadi dua,
yaitu Generic Practices (GP) dan Specific Practices (SP). Bila kita sudah
mengimplementasikan practices dengan sempurna, kita dianggap sudah memenuhi
Goals. Sama seperti practices, ada Generic Goals (GG) dan Specific Goals (SG).
SG dan SP dikelompokkan menjadi Process Area (PA). Total ada 22 Process Area
dalam CMMI for Development versi 1.2. 22 Process Area tersebut dapat dilihat
dalam gambar di bawah.
B.
Tujuan
Maturity Level
Tujuan awal dirumuskannya CMMI sebenarnya adalah untuk mendukung proses
tender di lingkungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (US-DoD). Mereka
ingin memiliki sistem penilaian terhadap semua vendor yang mengajukan proposal.
Untuk itu dirumuskanlah sistem penilaian vendor berupa Maturity Level (ML).
Maturity Level di CMMI ada 5, mulai dari yang terendah ML 1, sampai yang
paling canggih ML 5. Bila suatu perusahaan sudah ML-5, maka perusahaan tersebut
bisa ikut dalam tender proyek.
Setiap ML memiliki seperangkat PA yang harus dipenuhi agar kita berhak
menggunakan titel ML tersebut. Sebagai contoh, bila suatu perusahaan ingin
lulus ML-2, maka perusahaan tersebut harus mengimplementasikan 7 PA. Untuk
mencapai ML-3, perusahaan harus mengimplementasikan 7 PA dari ML-2 ditambah
dengan 11 PA dari ML-3. Demikian seterusnya, sehingga ML-5 yang sudah
mengimplementasikan 22 PA. Bila suatu perusahaan sama sekali belum
mengimplementasikan apa-apa, perusahaan tersebut dikategorikan sebagai ML-1.
C.
Kegunaan
CMMI
Beberapa kegunaan CMMI, yaitu :
·
Untuk
mengukur tingkat kematangan dari suatu perusahaan atau organisasi pengembang
perangkat lunak.
·
Sebagai
alat bantu sebagai alat uji-kinerja atau benchmarking dengan
perusahaan atau organisasi lain.
·
Pemberi
arah untuk top management untuk meningkatkan kinerja pada sebuah
perusahaan/organisasi pengembang software.
·
Meminimalisir
adanya resiko dalam pembangunan sebuah software.
·
Implementasi
CMMI yang tepat d meningkatkan kinerja organisasi dari sisi biaya, waktu, mutu,
kepuasan pelanggan dan return on investment (ROI).
D.
Tingkat
Kematangan CMMI
Model
CMMI dipecah menjadi lima tingkatan. Tujuan CMMI adalah untuk meningkatkan
organisasi hingga Level 5, level kematangan yang "mengoptimalkan".
Lima Tingkat CMMI
adalah:
1. Initial
Proses dianggap tidak dapat diprediksi dan
reaktif. Pada tahap ini, "pekerjaan diselesaikan tetapi sering kali
ditunda dan melebihi anggaran." Ini adalah tahap terburuk yang dapat
ditemukan oleh bisnis - lingkungan yang tidak terduga yang meningkatkan risiko
dan inefisiensi.
Dan
pada level ini memiliki beberapa ciri khas seperti berikut ini:
·
Tidak adanya manajemen proyek.
·
Tidak adanya quality assurance.
·
Tidak ada dokumentasi.
·
Sangat bergantung pada kemampuan
individual.
2. Managed
Ada tingkat manajemen proyek yang
dicapai. Proyek “direncanakan, dilakukan, diukur dan dikendalikan” pada tingkat
ini, tetapi masih ada banyak masalah yang harus diatasi. Dan repeatable ini memiliki ciri sebagai berikut:
·
Kualitas
software mulai bergantung pada proses bukan pada sumber dayanya.
·
Ada
manajemen proyek sederhana.
·
Ada
quality assurance sederhana.
·
Ada
dokumentasi sederhana.
·
Ada
software configuration manajemen sederhana.
·
Tidak ada
komitmen untuk selalu mengikuti SDLC dalam kondisi apapun.
·
Rentan
terhadap perubahan struktur organisasi.
3. Defined
Pada tahap ini, organisasi lebih
proaktif daripada reaktif. Ada satu set "standar organisasi" untuk
"memberikan panduan lintas proyek, program, dan portofolio." Bisnis
memahami kekurangan mereka, bagaimana cara mengatasinya dan apa tujuan
perbaikan. Dan pada proses ini
memiliki ciri sebagai berikut:
·
SDLC (System Development Life Cycle) sudah
dibuat dan dibakukan.
·
Ada komitmen untuk mengikuti SDLC dalam
keadaan apapun.
·
Kualitas proses dan produk masih sebatas
hanya kira-kira saja.
·
Tidak menerapkan Activity Based Costing.
4. Quantitatively
Managed
Tahap ini lebih terukur dan
terkontrol. Rumah sakit sedang mengerjakan data kuantitatif untuk menentukan
proses yang dapat diprediksi yang selaras dengan kebutuhan pemangku
kepentingan. Bisnis berada di depan risiko, dengan lebih banyak data yang
didorong wawasan tentang kekurangan proses. Pada level ini memiliki beberapa
ciri sebagai berikut :
·
Sudah adanya Activity Based Costing dan
digunakan untuk mengestimasikan untuk proyek berikutnya.
·
Proses penilaian kualitas perangkat lunak
dan proyek bersifat kuantitatif.
·
Terjadi pemborosan biaya untuk pengumpulan
data karena proses pengumpulan data masih dilaukan secara manual.
5. Optimizing
Di sini, proses organisasi stabil dan
fleksibel. Pada tahap akhir ini, sebuah organisasi akan terus-menerus
meningkatkan dan merespons perubahan atau peluang lainnya. Organisasi ini
stabil, yang memungkinkan lebih banyak "kelincahan dan inovasi,"
dalam lingkungan yang dapat diprediksi. Ciri dari level terakhir ini adalah
sebagai berikut:
·
Pengumpulan data sudah dilakukan secara
secara otomatis.
·
Adanya mekanisme feedback yang
sangat baik.
·
Adanya peningkatan kualitas dari SDM dan
peningkatan kualitas proses.
E.
Aturan
Dalam CMMI
Beberapa
aturan yang terdapat pada CMMI, yaitu :
·
Pernyataan
kebutuhan user harus dicatat
·
Pernyataan
kebutuhan harus dikonfirmasi ke user
·
Pernyataan
kebutuhan harus disetujui kedua pihak
·
Kalau ada
perubahan, harus dicatat
·
Antara
kebutuhan dan software yang dideliver, harus bisa dilacak bolak-balik
II. The Open Group Architecture Framework
(TOGAF)

A.
Pengertian TOGAF (The Open Group Architecture Framework)
TOGAF atau The Open Group Architecture
Framework adalah
suatu kerangka kerja arsitektur perusahaan yang memberian pendekatan
komprehensif untuk desain, perencanaan, implementasi, dan tata kelola
arsitektur informasi perusahaan. Arsitektur ini biasanya dimodelkan dengan
empat tingkat atau domain; bisnis, aplikasi, data, dan teknologi.
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah sebuah framework yang
dikembangkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada
tahun 1995. Awalnya TOGAF digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat
namun pada perkembangannya TOGAF banyak digunakan pada berbagai bidang seperti
perbankan, industri manufaktur dan juga pendidikan. TOGAF ini digunakan untuk
mengembangkan enterprise architecture, dimana terdapat metode dan
tools yang detil untuk mengimplementasikannya, hal inilah yang membedakan
dengan framework EA lain misalnya framework Zachman. Salah satu kelebihan
menggunakan framework TOGAF ini adalah karena sifatnya yang fleksibel dan
bersifat open source.
B.
Domain enterprise architecture
TOGAF memandang enterprise architecture ke
dalam empat kategori, yaitu:
- Business Architecture:
Mendeskripsikan tentang bagaimana proses bisnis untuk mencapai tujuan
organisasi.
- Application Architecture: Merupakan
pendeskripsian bagaimana aplikasi tertentu didesain dan bagaimana
interaksinya dengan apikasi lainnya.
- Data Architecture: Adalah penggambaran bagaimana penyimpanan,
pengelolaan dan pengaksesan data pada perusahaan.
- Technical Architecture : Gambaran
mengenai infastruktur hardware dan software yang
mendukung aplikasi dan bagaimana interaksinya.
C.
Struktur dan Komponen TOGAF
TOGAF secara umum memiliki struktur dan komponen
sebagai berikut:
- Architecture Development Method (ADM) : Merupakan bagian utama dari TOGAF yang
memberikan gambaran rinci bagaimana menentukan sebuah enterprise
architecture secara spesifik berdasarkan kebutuhan bisnisnya.
- Foundation Architecture (Enterprise Continuum) : Foundation Architecture merupakan
sebuah “framework-within-a-framework” dimana didalamnya tersedia gambaran
hubungan untuk pengumpulan arsitektur yang relevan, juga menyediakan
bantuan petunjuk pada saat terjadinya perpindahan abstraksi level yang
berbeda. Foundation Architecture dapat dikumpulkan melalui ADM. Terdapat
tiga bagian pada foundation architecture yaitu Technical Reference Model,
Standard Information dan Building Block Information Base.
- Resource Base: Pada bagian ini terdapat informasi mengenai
guidelines, templates, checklists,latar belakang informasi dan detil
material pendukung yang membantu arsitek didalam penggunaan ADM.
D.
Architecture Development Method (ADM) pada TOGAF
Architecture Development Method (ADM) merupakan metodologi lojik dari TOGAF yang
terdiri dari delapan fase utama untuk pengembangan dan pemeliharaan technical
architecture dari organisasi. ADM membentuk sebuah siklus yang iteratif untuk
keseluruhan proses, antar fase, dan dalam tiap fase di mana pada tiap-tiap
iterasi keputusan baru harus diambil.
Keputusan tersebut dimaksudkan untuk menentukan
luas cakupan enterprise, level kerincian, target waktu yang ingin dicapai dan
asset arsitektural yang akan digali dalam enterprise continuum. ADM merupakan
metode yang umum sehingga jika diperlukan pada prakteknya ADM dapat disesuaikan
dengan kebutuhan spesifik tertentu, misalnya digabungkan dengan framework yang
lain sehingga ADM menghasilkan arsitektur yang spesifik terhadap organisasi.
ADM dapat dikenali dengan penggambaran siklus yang
terdiri dari delapan langkah proses, yaitu :
- Architecture Vision
- Business Architecture
- Information System Architecture
- Technology Architecture
- Opportunities and Solution
- Migration Planning
- Implementation Governance
- Architecture Change Management.
TOGAF ADM juga merupakan metode yang bersifat
generik dan mudah di terapkan berdasarkan kebutuhan banyak organisasi, baik
organisasi industri ataupun industri akademik seperti perguruan tinggi.
Secara singkat kedelapan fase ADM adalah sebagai
berikut:
- Fase Preliminary: Framework and
Principles:
Merupakan fase persiapan yang bertujuan untuk mengkonfirmasi komitmen dari
stakeholder, penentuan framework dan metodologi detil yang akan digunakan
pada pengembangan EA.
- Fase A : Architecture Vision. Fase ini memiliki tujuan untuk memperoleh
komitmen manajemen terhadap fase ADM ini, memvalidasi prinsip, tujuan dan pendorong
bisnis, mengidentifikasi stakeholder. Terdapat beberapa langkah untuk
mencapaian tujuan fase ini dengan inputan berupa permintaan untuk pembuatan
arsitektur, prinsip arsitektur dan enterprise continuum. Output dari fase
ini adalah: (1) pernyataan persetujuan pengerjaan arsitektur yang
meliputi: Scope dan konstrain serta rencana pengerjaan arsitektur, (2)
prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis, (3) Architecture
Vision.
- Fase B : Business
Architecture. Fase B bertujuan untuk (1) memilih sudut
pandang terhadap arsitektur yang bersesuaian dengan bisnis dan memilih teknik dan tools yang tepat (2)
mendeskripsikan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya
serta analisis gap antara keduanya. Inputan untuk fase B berasal dari
output fase A, sedangkan outputnya adalah revisi terbaru dari hasil ouput
fase A ditambah dengan arsitektur bisnis eksisting dan target
pengembangannya secara detil serta hasil analisis gap, business
architecture report dan kebutuhan bisnis yang telah diperbaharui.
- Fase C : Information Systems
Architectures.
Tujuan fase ini adalah untuk mengembangkan arsitektur target untuk data
dan/atau domain aplikasi. Pada arsitektur data misalkan untuk menentukan
tipe dan sumber data yang diperlukan untuk mendukung bisnis dengan cara
yang dimengerti oleh stakeholder. Pada arsitektur aplikasi untuk menentukan
jenis sistem aplikasi yang dibutuhkan untuk memproses data dan mendukung
bisnis.
- Fase D : Technology Architecture. Untuk pengembangan arsitektur teknologi
target yang akan menjadi basis implementasi selanjutnya.
- Fase E : Opportunities and Solutions. Secara umum merupakan fase untuk
mengevaluasi dan memilih cara pengimplemetasian, mengidentifikasi
parameter strategis untuk perubahan, perhitungan cost dan benefit dari
proyek serta menghasilkan rencana implementasi secara keseluruhan berikut
strategi migrasinya.
- Fase F : Migration Planning: Fase ini bertujuan untuk mengurutkan
implementasi proyek berdasarkan prioritas dan daftar tersebut akan menjadi
basis bagi rencana detil implementasi dan migrasi.
- Fase G : Implementation Governance. Merupakan tahapan memformulasikan
rekomendasi untuk setiap implementasi proyek, membuat kontrak arsitektur
yang akan menjadi acuan implementasi proyek serta menjaga kesesuaiannya
dengan arsitektur yang telah ditentukan.
- Fase H : Architecture Change Management. Pada akhir fase ini diharapkan terbentuk
skema proses manajemen perubahan arsitektur.
- Requirements Management, bertujuan untuk menyediakan proses
pengelolaan kebutuhan arsitektur sepanjang fase pada siklus ADM,
mengidentifikasi kebutuhan enterprise, menyimpan lalu memberikannya kepada
fase yang relevan.
III. Perbandingan Capability Maturity Model
Integration (CMMI) dengan The Open Group Architecture Framework
(TOGAF)
Berikut ini perbandingan berupa beberapa perbedaan
antara CMMI (Capability
Maturity Model Integration) dengan TOGAF (The Open Group
Architecture Framework), yaitu :
1. TOGAF adalah suatu kerangka kerja arsitektur perusahaan yang memberian
pendekatan komprehensif untuk desain, perencanaan, implementasi, dan tata
kelola arsitektur informasi perusahaan. Arsitektur ini biasanya dimodelkan
dengan empat tingkat atau domain; bisnis, aplikasi, data, dan teknologi.
Sedangkan, CMMI merupakan
suatu model pendekatan dalam penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah
organisasi perangkat lunak.
2. TOGAF digunakan agar agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan arsitektur suatu perusahaan. Sedangkan CMMI
digunakan untuk mengukur tingkat kematangan suatu perusahaan yang nantinya
berguna sebagai bentuk kesiapan dalam bersaing dengan perusahan lainnya.
3.
TOGAF memiliki kerangka penting ADM (Architecture Development
Method). ADM adalah resep untuk menciptakan arsitektur. Sedangkan CMMI tidak memiliki kerangka membangun,
melainkan rangkaian practices kita dianggap sudah memenuhi Goals.
4.
TOGAF lebih memfokuskan perencanaan perusahaan, fokus pada hal hal internal
perusahaan. Sedangkan CMMI tidak hanya fokus pada internal, namun pada kepuasan
pelanggan atau konsumen.
5.
TOGAF berfokus pada perancangan dan penyelarasan hardware dan software untuk
mendukung perusahaan. CMMI berfokus meningkatkan.
6.
TOGAF memiliki Sertifikasi yang berfungsi untuk
menjamin bahwa orang atau lembaga telah mampu memahami dan menerapkan konsep
dalam TOGAF. Sedangkan dalam CMMI tidak mengenal istilah sertifikasi,
yang ada hanyalah penilaian (appraisal) suatu perusahaan sudah mencapai tingkat
maturity/capability level berapa.
KESIMPULAN
Agar pengelolaan perusahaan dapat berjalan dengan baik maka perusahaan
perlu menggunakan suatu Framework IT Berdasarkan
dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa CMMI dan TOGAF memiliki peranan
yang berbeda sebagai framework audit IT. CMMI sebagai framework
yang menyediakan untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan kinerja
atau kualitas dari suatu organisasi perangkat lunak serta mengetahui perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan guna
meningkatkan organisasi atau perusahaan tersebut. Sedangkan TOGAF sebagai framework yang
mendukung dalam pengembangan suatu arsitektur perusahaan dengan mendesain, merencanakan tata kelola arsitektur informasi perusahaan.
CMMI merupakan suatu model pendekatan dalam
penilaian skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi perangkat lunak. TOGAF merupakkan
suatu kerangka kerja arsitektur perusahaan yang memberian pendekatan
komprehensif untuk desain, perencanaan, implementasi, dan tata kelola
arsitektur informasi perusahaan. CMMI dan TOGAF memiliki
peranan yang berbeda sebagai framework audit IT. CMMI sebagai framework yang
menyediakan untuk memberikan penilaian terhadap kualitas dari suatu organisasi
perangkat lunak sedangkan TOGAF sebagai framework yang mendukung dalam
pengembangan suatu arsitektur perusahaan. CMMI dan TOGAF mempunyai keuntungan
masing-masing yang dapat disesuaikan oleh Kebutuhan perusahaan.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar